Saat saya seumuran 9 tahun, saya paling suka digendong bapak
saya dipundaknya. Bagi seorang anak yang tingginya kurang 150cm, berada
dipundak bapak berasa tinggi sekali! Saya senang sekali karena saya bisa
menyentuh langit-langit rumah, pohon yang dahannya tinggi, bahkan memetik buah
mangga yang sedang matang di halaman rumah. Saking gembiranya, sering saya
melonjak kegirangan tanpa sedikitpun kuatir bapak saya akan jatuh atau roboh
karena saya tahu bapak saya akan memengang saya dan melindungi saya. Saya
percaya bahwa bapak saya mampu menjaga saya walupun saya tahu bapak tidak
sekekar atlit binaraga. Saya percaya bapak saya mampu menopang tubuh saya walaupun
bapak tidak sekuat atlit angkat besi dengan tubuh yang besar.
PERCAYA…hal yang ternyata tidak mudah. Apalagi saat yang
kita pandang hanya masalah, kesulitan, pergumulan di hidup kita tanpa
penyelesaian yang kunjung datang. Berkali-kali kita berlutut memohonkan
pertolongan kepada Tuhan untuk menemkan jawabannya tapi tak juga tiba.
Kekuatiran, ketakutan akhirnya mengisi pikiran dan hati kita.
Ya…percaya memang tak mudah. Percaya butuh hati dan iman
untuk menyerahkan semua yang tak mampu kita lakukan kepada yang lebih kuasa di
hidup kita. Iman bisa ditumbuhkan dari mengingat pertolongan-pertolongan yang
kita dapatkan dimasa-massa yang lalu dari sang pemberi hidup. Jika kita bisa
melalui semua yang telah diijinkan terjadi dimasa yang lalu, maka kita akan
dimampukan melaluinya saat ini.
source: YesHeIs |
Sepertinya saya juga harus mengingat saat saya digendong
bapak saya. Saya percaya bapak saya akan menjaga dan melindungi saya supaya
saya tidak jatuh. Jika bapak saya akan menjaga dan melindungi saya, maka Tuhan
yang menciptakan saya yang lebih tahu tentang saya akan melakukan apa yang
terbaik buat saya.
PERCAYA, memang tak mudah tapi worthed to do that in our live
event we can’t see anything in front.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar