Jumat, 22 Juli 2016

Happening = Kekinian = Keren; bener nggak sih?

source: stevivor.com
Siapa yang nggak tau games yang sedang happening sekarang, POKEMON GO! Dari anak-anak sampai orang dewasa (baca tua) tidak perduli laki-laki atau perempuan. Dari seorang pejabat sampai penjual bubur ayam keliling, tau permainan ini dan memainkannya. Semua orang mudah memainkan permainan ini. Mereka hanya bermodal telepon pintar dengan pulsa cukup untuk terhubung ke layanan internet dan GPRS. Padahal aplikasi untuk memainkannya belum resmi di rilis di Indonesia.

Masyarakat Indonesia termasuk orang yang selalu update atau tidak mau ketinggalan. Istilah kerennya kekinian. Semua dilakukan agar tidak dicap manusia kuno, jadul, ketinggalan jaman. Jadi tak heran jika melihat antrian mengular di loket-loket penjualan tiket film box office di masa tayang perdana. Jangan bingung jika kita kesulitan mencari tempat parkir saat ingin mengunjungi mall yang baru saja memulai operasionalnya walaupun banyak sarana dalam mall belum berfungsi secara normal. Juga jangan kagum jika tempat wisata tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya karena membludaknya pengunjung karena tempat tersebut baru dan menjadi trend. Semua dilakukan karena kita tak ingin ketinggalan jaman. Maka selanjutnya timeline akun media sosial kita dipenuhi update’an status dan foto-foto hasil kekinian kita itu.

Memang tidak ada yang salah. Di jaman teknologi semakin canggih, informasi tidak dapat dibendung lagi. Setiap saat kita dihinggapi informasi apapun yang membangkitkan rasa ingin tahu kita akan segala hal yang baru. Mulai dari makanan, baju, film, tempat nongkrong, mall sampai artis siapa yang akan kawin lagi dan siapa yang sedang mengurus perceraiannya. Rasanya kalo tidak update kita menjadi orang yang ketinggalan jaman dan ditingkalkan.

Namun apakah semua yang kekinian itu akan menjadikan kita pribadi yang keren? Apakah semua kekinian yang kita lakukan bermanfaat? Semua hal menjadi baik jika membawa manfaat dan kebaikan bagi kita dan orang-orang di sekitar kita. Jika kekinian tersebut hanya membuat kita menjadi boros itu tentunya tidak membawa manfaat bagi kita. Jika untuk melakukannya kita menjadi orang yang semakin egois. Maka kekinian itu justru bukan hal yang harus diikuti bukan?

Saya pernah berada dikondisi tersebut. Rasanya kesel kalo kehabisan tiket film box office yang sedang jadi bahan pembicaraan oleh teman-teman. Saya menjadi orang yang egois karena nyela antrian untuk pesan suatu menu di resto cepat saji yang saya tau ada menu baru yang sedang happening. Saya menjadi gampang mengeluarkan uang untuk belanja sepatu agar penampilan saya tidak dibilang ketinggalan jaman oleh teman-teman saya. Saya mati-matian meminta ijin bos saya untuk cuti supaya bisa mengunjungi objek wisata yang sedang trend foto-fotonya di media sosial. Padahal saat itu kerjaan kantor sedang banyak-banyaknya. Saya jadi latah dan ikut-ikutan apa yang orang lain lakukan. Padahal jika saya tidak melakukannya saya tidak rugi. Jadi saya berpikir, “why I should do like people do? Don’t do something when you only see that people also does the same thing like us.”

Mungkin hal-hal di atas adalah hal-hal umum yang kita jumpai dalam hidup kita. Ada hal-hal yang lebih khusus, lebih dalam yang harus kita lakukan bukan kerena ikut-ikutan tapi butuh pertimbangan lebih matang. Tidak sekedar pengen atau pengen tau. Bukan karena kita nggak ingin disebut ketinggalan jaman. Jangan hanya kita nggak pengen disebut perawan/perjaka tua jadi kita menghalalkan cara untuk bisa menikah. Jangan hanya karena kita pengen update mobil terbaru kita jadi korupsi uang perusahaan. Jadiah diri kita sendiri dengan apa yang ada pada kita. Too mainstream will make our real us blur. Be proud to be you with whatever you are.


Lalu, apakah saya POKEMON GO gamer? Nggak tuh!
Saya nggak mainan POKEMON GO.
Gak takut dibilang ketinggalan jaman? Gak juga.
Untungnya saya bukan menggemar games terutama, games elektronik.
Coba aja cek telephone pintar saya. Pissssss... * _ *


Tidak ada komentar: