source: stevivor.com |
Siapa yang nggak tau games yang sedang happening sekarang, POKEMON GO! Dari anak-anak sampai orang dewasa
(baca tua) tidak perduli laki-laki atau perempuan. Dari seorang pejabat sampai
penjual bubur ayam keliling, tau permainan ini dan memainkannya. Semua orang
mudah memainkan permainan ini. Mereka hanya bermodal telepon pintar dengan
pulsa cukup untuk terhubung ke layanan internet dan GPRS. Padahal aplikasi
untuk memainkannya belum resmi di rilis di Indonesia.
Masyarakat Indonesia termasuk orang yang selalu update atau
tidak mau ketinggalan. Istilah kerennya kekinian. Semua dilakukan agar tidak
dicap manusia kuno, jadul, ketinggalan jaman. Jadi tak heran jika melihat
antrian mengular di loket-loket penjualan tiket film box office di masa tayang
perdana. Jangan bingung jika kita kesulitan mencari tempat parkir saat ingin
mengunjungi mall yang baru saja memulai operasionalnya walaupun banyak sarana
dalam mall belum berfungsi secara normal. Juga jangan kagum jika tempat wisata
tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya karena membludaknya pengunjung karena
tempat tersebut baru dan menjadi trend.
Semua dilakukan karena kita tak ingin ketinggalan jaman. Maka selanjutnya
timeline akun media sosial kita dipenuhi update’an status dan foto-foto hasil
kekinian kita itu.
Memang tidak ada yang salah. Di jaman teknologi semakin
canggih, informasi tidak dapat dibendung lagi. Setiap saat kita dihinggapi
informasi apapun yang membangkitkan rasa ingin tahu kita akan segala hal yang
baru. Mulai dari makanan, baju, film, tempat nongkrong, mall sampai artis siapa
yang akan kawin lagi dan siapa yang sedang mengurus perceraiannya. Rasanya kalo
tidak update kita menjadi orang yang ketinggalan jaman dan ditingkalkan.
Namun apakah semua yang kekinian itu akan menjadikan kita pribadi
yang keren? Apakah semua kekinian yang kita lakukan bermanfaat? Semua hal
menjadi baik jika membawa manfaat dan kebaikan bagi kita dan orang-orang di
sekitar kita. Jika kekinian tersebut hanya membuat kita menjadi boros itu
tentunya tidak membawa manfaat bagi kita. Jika untuk melakukannya kita menjadi
orang yang semakin egois. Maka kekinian itu justru bukan hal yang harus diikuti
bukan?
Saya pernah berada dikondisi tersebut. Rasanya kesel kalo
kehabisan tiket film box office yang sedang jadi bahan pembicaraan oleh teman-teman.
Saya menjadi orang yang egois karena nyela antrian untuk pesan suatu menu di
resto cepat saji yang saya tau ada menu baru yang sedang happening. Saya menjadi gampang mengeluarkan uang untuk belanja
sepatu agar penampilan saya tidak dibilang ketinggalan jaman oleh teman-teman
saya. Saya mati-matian meminta ijin bos saya untuk cuti supaya bisa mengunjungi
objek wisata yang sedang trend
foto-fotonya di media sosial. Padahal saat itu kerjaan kantor sedang
banyak-banyaknya. Saya jadi latah dan ikut-ikutan apa yang orang lain lakukan.
Padahal jika saya tidak melakukannya saya tidak rugi. Jadi saya berpikir, “why
I should do like people do? Don’t do something when you only see that people
also does the same thing like us.”
Mungkin hal-hal di atas adalah hal-hal umum yang kita jumpai
dalam hidup kita. Ada hal-hal yang lebih khusus, lebih dalam yang harus kita
lakukan bukan kerena ikut-ikutan tapi butuh pertimbangan lebih matang. Tidak
sekedar pengen atau pengen tau. Bukan karena kita nggak ingin disebut
ketinggalan jaman. Jangan hanya kita nggak pengen disebut perawan/perjaka tua
jadi kita menghalalkan cara untuk bisa menikah. Jangan hanya karena kita pengen
update mobil terbaru kita jadi korupsi uang perusahaan. Jadiah diri kita
sendiri dengan apa yang ada pada kita. Too mainstream will make our real us blur.
Be
proud to be you with whatever you are.
Lalu, apakah saya POKEMON GO gamer? Nggak tuh!
Saya nggak mainan POKEMON GO.
Gak takut dibilang ketinggalan jaman? Gak juga.
Untungnya saya bukan menggemar games terutama, games
elektronik.
Coba aja cek telephone pintar saya. Pissssss... * _ *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar