source: bahasadanrupa.blogspot.com |
Akun @bocah_angon di ig menulis di salah satu captionnya seperti ini, “Andai kesusahan adalah hujan dan kesenangan
adalah matahari, maka kita butuh keduannya untuk melihat pelangi.” Kalimat
itu mengingatkan saya akan dinamika yang terjadi di hidup kita. Bahwa kesusahan
tidak selamanya memenuhi hari-hari kita. Juga kesenangan, tidak selamanya
menyertai hari-hari kita.
Cara pandang saya disadarkan oleh sebuah tulisan yang
mengatakan kesusahan atau masalah atau pergumulan adalah ajang untuk
meningkatkan kapasitas kita. Jika saat ini kapasitas kita untuk meredam emosi
masih rendah, maka jangan menghindar jika kesusahan itu mengasah kapasitas
dalam menahan emosi. Kalau kapasitas dalam hal mengendalikan keegoisan masih
dilevel paling rendah, maka jangan bête kalau setiap hari kita harus dilatih
untuk mengalah. Jika kapasitas kita untuk bersabar masih dilevel warnah merah,
maka jangan risau kalau kita dihadapkan dengan orang-orang yang sulit.
Yup, kesusahan adalah cara melatih kapasitas kita untuk semakin
besar dalam segala hal yang positif. Jadi, saat kesusahan itu sudah berlalu dan
matahari bersinar untuk menguraikan titik-titik air hujan menjadi bentangan
pelangi, saatnya kita merayakan kapasitas yang makin meningkat dengan
menggunakan kapasitas itu sebaik mungkin.
Gampang? Gampang dunk….menulisnya maksud saya.
Gampang atau ngganya tergantung kita menyikapinya. Kalau
kita belum apa-apa sudah menyerah ya udah, kita tidak akan dapat melihat
indahnya pelangi.
Butuh kerelaan dan kerendahan hati untuk menjalaninya. Dan
tentu saja latihan tiada henti. Capek? Tentu dunk….tapi perlu diingat segala
usaha pasti ada buahnya, ada hasilnya.
Jadi, embrace every
drop of the rain then embrace the light of sun and finally you will find the
joy of the rainbow over your eyes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar