source: www.djarumfoundation.com |
Istilah cameo diberikan kepada seorang tokoh terkenal, artis
atau aktor yang muncul sekejap dalam sebuah film atau pertunjukan teater.
Kehadirannya yang hanya sekilas/sekejap namun memberikan arti dalam alur cerita
pertunjukan tersebut.
Dalam hidup kita sering bertemu dengan seseorang yang hadir
sekilas namun memberikan arti bahkan mampu mengubah cara pandang, meneguhkan
keputusan kita, atau membantu kita membuat keputusan. Lebih luas lagi,
cameo-cameo ini menolong kita.
Dalam sebuah perjalanan saya pernah tersesat di daerah yang
tidak menggunakan bahasa dan tulisan yang saya kenal. Saya hanya berbekal
bahasa yang saya tahu dan alamat tempat saya tinggal yang ditulis dalam huruf
yang dikenal oleh penduduk daerah tersebut. Sempat panik dan takut apalagi hari
sudah malam. Dalam kepanikan saya itu, ada seorang ibu yang dari penampilannya
tidak saya kira bahwa dia mampu berbahasa yang bisa saya mengerti. Ternyata
perkiraan saya salah, si ibu menjelaskan arah dan bahkan menunjukan angkutan
yang harus saya naiki untuk sampai ke tempat saya tinggal.
Di lain kesempatan saya juga bertemu dengan seorang
abang-abang ojek yang menggantarkan saya ke daerah yang saya tau tidak ada
angkutan umum menuju ke sana. Setelah sampai ditujuan abang ojek inipun
menawarkan untuk menunggu saya sampai urusan saya selesai dan menggantarkan
pulang. Saya semula berkeberatan karena tentu dia akan kehilangan mendapatkan jika
menunggu saya yang saya sendiri tidak tau akan berapa lama saya menyelesaikan
urusan di tempat tersebut.
Si Ibu dan abang ojek dari kisah saya di atas adalah
cameo-cameo yang ada dalam alur kehidupan saya. Cameo-cameo itu adalah bentuk
kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Cameo-cameo juga berarti perpanjangan
tangan Allah untuk menolong saya.
Jadi, sudah berapa cameo yang kamu temui dalam hidupmu
akhir-akhir ini? Bersyukurlah atas kehadiran cameo-cameo itu. Cameo-cameo
itulah bentuk kehadiran Allah dalam hidup kita. Jadi jangan abaikan kehadiran
mereka.
Ide diambil dari buku “Labirin Kehidupan” oleh Joas Adiprasetya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar