Suatu hari seorang teman bercerita tentang kegagalannya
membuat kue lapis yang sudah lama dia idam-idamkan. “Duh, sudah buatnya lama
gak jadi pula. Kesal deh!” Keluhnya. “Padahal semua bahan dan takaran sudah
sesuai dengan petunjuk yang ada di resep lho,” lanjutnya lagi tanpa mengurangi
rasa kesalnya. Saya hanya cukup mendegar karena memang urusan membuat kue saya
juga tidak paham. Di akhir percakapan kami saya hanya menanggapi, “Meskipun kue
lapis pertama buatmu gagal. Toh kamu sudah pernah mencoba. Jadi untuk yang
selanjutnya kamu tahu caranya.”
Dalam berbagai hal, kita selalu perpusat pada hasil
ketimbang proses. Tuntutan hidp di jaman yang penu bersaingan saat ini orang
dituntut untk berhasil atau sukses. Kita tidak memperdulikan lagi tentang
proses yang harus dijalani. Sehingga kita sering melakukan cara-cara yang tidak
benar untuk memperoleh keberhasilan itu. Padahal proses yang benar akan
mengajarkan banyak hal. Ketekunan, kerendahan hati untuk menerima kegagalan,
kejujuran jika melakukan kesalahan dalam melakukan proses tadi, serta
berkorban. Proses mengajarkan kita untuk menerima kegagalan dan belajar dari
kegagalan yang kita hadapi. Gampang? Tentu tidak! Proses akan membuat kita
berlatih untuk berkorban, termasuk perkorban perasaan.
Kue lapis yang gagal mengajarkan saya untuk berproses
meskipun untuk itu saya harus mengalami hal-hal yang tdak mengenakan. Saya juga
ingin menghasilkan ‘kue lapis-kue lapis’ yang tidak saja bagus bentuknya tetapi
juga enak rasanya. Siap-siap belanja bahan kue dan cetakan #lho * _ *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar