Dalam sebuah renungan harian yang saya baca, beberapa
kalimat yang sangat menohok saya berkata seperti ini, “Setia memang lebih sulit daripada meninggalkan seseorang/organisasi
ketika sudah tidak nyaman lagi. Kesetiaan butuh pengertian, kerelaan untuk
memaafkan, komitmen bahkan pengorbanan. Tetapi kesetiaan memberikan rasa aman,
kestabilan dalam hubungan, kesempatan bertumbuh bersama, dan kepercayaan.”
Ternyata arti kesetiaan yang selama ini ada dalam memahaman saya masih dangkal.
Kesetiaan bukan sekedar komitmen untuk tetap tinggal apapun yang terjadi. Kesetiaan
bukan sekedar kerelaa berkorban dan memaafkan. Namun kesetiaan lebih jauh lagi;
memberikan
rasa aman, kestabilan dalam hubungan, kesempatan bertumbuh bersama, dan
kepercayaan. (kali ini saya cetak
tebal untuk menekankan artinya).
Jika melihat ke belakang, ternyata saya jauh dari sosok yang
mampu berlaku setia. Memang saya mampu tinggal dalam hubungan dengan seseorang
apapun yang terjadi. Malah saya sering ngeyel tidak mau ‘pergi’ walau sudah
diusir dan ditinggalkan (duh… koq jadi curhat). Ternyata dalam menjalin hubungan saya gagal memberikan rasa aman, menjaga
kestabilan hubungan, kesempatan bertumbuh bersama dan menjaga kepercayaan. Bisa
dikatakan bahwa hubungan saya dan pasangan adalah hubungan yang buruk. Kami
berucap saling menyayangi tapi kami sering bertengkar. Kami berucap saling
menghormati tetapi kami gagal memberikan rasa aman satu dengan yang lain. Kami
mengakui saling menghargai tapi masih gagal mempertahankan kepercayaan yang
diberikan satu dengan yang lain.
Ternyata kesetiaan punya arti dalam dan luas artinya. Tidak
saja bertahan dalam sebuah hubungan
apapun yang terjadi namun lebih dari itu. Kesetiaan menuntut kita melakukan
lebih dari itu. Tidak saja dalam sebuah hubungan dengan pasangan atau berelasi tetapi
juga kesetiaan dalam melakukan pekerjaan dan apapun itu yang Tuhan berikan
kepada setiap kita.
Merenungkan kembali arti kesetiaan memang berat. Apalagi
dalam berelasi kita selalu diperhadapkan dengan perbedaan. Friksi selalu hadir setiap
kesempatan yang bisa menimbulkan emosi. Emosi yang tak terkontrol justru
memperburuk keadaan. Jika saat ini baik saya maupun anda gagal berlaku setia,
maka belum terlambat untuk berusaha. Mintalah roh Tuhan untuk bekerja dalam
diri kita memberikan kemampuan untuk kita berlaku setia. Terlebih di dalam Tuhan
kita sudah melihat dan merasakan teladaan kesetiaan dari Tuhan. Setia sampai
mati di atas kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. KesetiaanNya memberikan
kita rasa aman saat menghadapi pencobaan dan pergumulan. KesetiaanNya
memberikan kestabilan saat iman kita goyah. Dalam Dia kita diberi kesempatan
untuk bertumbuh makin serupa denganNya. KesetiaanNya membuat kita percaya
kepadaNya dan Dia percaya kepada kita anak-anakNya. Jika saat ini Dia telah
memberikan kita anugerah lewat relasi dengan orang lain, maka kita dituntut
membangun kesetiaan. Seperti Dia yang berhasil membangun kesetiaanNya terhadap
kita agar kita tetap bisa hidup didalam kasih Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar