Barusan baca quote yang menarik
dari status teman di feed medsos saya siang ini. Merenungkannya dan mengaminin
bahwa itu benar adanya. Begini bunyinya, “strength cannot
be born from strength. It is always born from overcoming weakness.” Kemudian
saya lanjutkan kira-kira demikian, “Brave does not come from brave but it is
always come from overcoming fear”.
2019 hampir usai dan tanpa sadar saya
tidak memberi “makanan” di blog ini selama dua tahun. Dua tahun yang berarti
buat saya. Dua tahun tahun yang penuh pengalaman, gejolak, dan rasa-rasa lain.
Sebelum blog ini menjadi basi karena lama tidak ditongkrongi, maka saya membuat
tulisan ini di tengah mandegnya penulisan tulisan akhir akademik saya.
Kalau mau ditilik sekali lagi,
dari hal-hal sederhana banyak hal yang terjadi buat saya pribadi. Banyak orang
mengira saya setegar dan sekuat penampakan saya yang semakin galak (menurut
seorang teman kantor). Ternyata penampilan itu menipu ya.
Masih banyak koq kelemahan dan
ketakutan yang saya hadapi dan pergumulkan. Kelemahan daging untuk keluar dari
zona nyaman, ketakutan akan hari tua dan kesehatan serta kondisi keuangan. Ah…bukannya
semua orang juga merasakan itu? Pikir saya. Membaca lagi quote di atas seperti
memberi saya tambahan ‘bensin’ agar motor diri saya tidak mandeg dan
berhenti. Saya tidak mau muluk-muluk membuat
resolusi untuk tahun yang baru 2020. Terbukti resolusi saya di 2019 yang tidak
muluk bisa saya jalani. Jadi saya ingin melakukan sesuatu yang sederhana tapi
berdampak, ya…minimal untuk diri sendiri. Saya percaya sesuatu yang berdampak
pada diri sendiri akan menular ke orang lain, minimal ke orang sekitar kita
(inner circle kita).
Seperti juga saya diajari dan
belajar untuk memandang segala sesuatu dari hal yang sederhana, contohnya
berkat. Saya dulu memandang berkat dari Tuhan itu mesti besar, hebat, luar
biasa. Eh…ternyata saya salah. Membuka mata dan diizinkan masih tetap bernafas
aja itu berkat. Bisa kentut (ups maaf kalo terkesan jorok) itu juga berkat.
Bisa bersendawa juga merupakan berkat. Dengan memandang itu semua adalah berkat, maka
saya belajar bersyukur untuk hal-hal yang kecil. Walau kata orang saya lebay.
Seorang pengkotbah mengatakan
bahwa Tuhan sering bekerja dalam hal sederhana agar manusia mengerti dan merasa
dekat dengan sang penciptanya. Tuhan juga membentuk kita dari hal-hal kecil
agar kita tidak mudah ‘sakit’ karena sedang dibentuk Tuhan. Saya mengamini itu
karena saya tidak sedang hidup di zaman Mua yang bisa membela lautan hanya
dengan tongkat. Atau hidup di zaman Yesus yang memberkati 5 roti dan 2 ikan
untuk memberi makan lima ribu orang.
Jadi dipenghujung 2019 saya koq
diingatkan bahwa kekuatan itu hadir karena latihan bukan datang sendirinya.
Bisa jadi latihan-latihan kecil tapi konsisiten. Bersyukur juga latihan dengan
menerima hal-hal sederhana yang kita pandang sebagai berkat.
Terima kasih 2019 buat
waktu-waktu yang berlalu. Lalu, apa ya resolusi saya? Kamu punya ide gak? Jangan
yang susah-susah lho! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar