Sabtu, 28 Desember 2019

Sebelum 2019 Berakhir



Barusan baca quote yang menarik dari status teman di feed medsos saya siang ini. Merenungkannya dan mengaminin bahwa itu benar adanya. Begini bunyinya, “strength cannot be born from strength. It is always born from overcoming weakness.” Kemudian saya lanjutkan kira-kira demikian, “Brave does not come from brave but it is always come from overcoming fear”.

2019 hampir usai dan tanpa sadar saya tidak memberi “makanan” di blog ini selama dua tahun. Dua tahun yang berarti buat saya. Dua tahun tahun yang penuh pengalaman, gejolak, dan rasa-rasa lain. Sebelum blog ini menjadi basi karena lama tidak ditongkrongi, maka saya membuat tulisan ini di tengah mandegnya penulisan tulisan akhir akademik saya.

Kalau mau ditilik sekali lagi, dari hal-hal sederhana banyak hal yang terjadi buat saya pribadi. Banyak orang mengira saya setegar dan sekuat penampakan saya yang semakin galak (menurut seorang teman kantor). Ternyata penampilan itu menipu ya.

Masih banyak koq kelemahan dan ketakutan yang saya hadapi dan pergumulkan. Kelemahan daging untuk keluar dari zona nyaman, ketakutan akan hari tua dan kesehatan serta kondisi keuangan. Ah…bukannya semua orang juga merasakan itu? Pikir saya. Membaca lagi quote di atas seperti memberi saya tambahan ‘bensin’ agar motor diri saya tidak mandeg dan berhenti.  Saya tidak mau muluk-muluk membuat resolusi untuk tahun yang baru 2020. Terbukti resolusi saya di 2019 yang tidak muluk bisa saya jalani. Jadi saya ingin melakukan sesuatu yang sederhana tapi berdampak, ya…minimal untuk diri sendiri. Saya percaya sesuatu yang berdampak pada diri sendiri akan menular ke orang lain, minimal ke orang sekitar kita (inner circle kita).



Seperti juga saya diajari dan belajar untuk memandang segala sesuatu dari hal yang sederhana, contohnya berkat. Saya dulu memandang berkat dari Tuhan itu mesti besar, hebat, luar biasa. Eh…ternyata saya salah. Membuka mata dan diizinkan masih tetap bernafas aja itu berkat. Bisa kentut (ups maaf kalo terkesan jorok) itu juga berkat. Bisa bersendawa juga merupakan berkat.  Dengan memandang itu semua adalah berkat, maka saya belajar bersyukur untuk hal-hal yang kecil. Walau kata orang saya lebay.

Seorang pengkotbah mengatakan bahwa Tuhan sering bekerja dalam hal sederhana agar manusia mengerti dan merasa dekat dengan sang penciptanya. Tuhan juga membentuk kita dari hal-hal kecil agar kita tidak mudah ‘sakit’ karena sedang dibentuk Tuhan. Saya mengamini itu karena saya tidak sedang hidup di zaman Mua yang bisa membela lautan hanya dengan tongkat. Atau hidup di zaman Yesus yang memberkati 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan lima ribu orang.

Jadi dipenghujung 2019 saya koq diingatkan bahwa kekuatan itu hadir karena latihan bukan datang sendirinya. Bisa jadi latihan-latihan kecil tapi konsisiten. Bersyukur juga latihan dengan menerima hal-hal sederhana yang kita pandang sebagai berkat.

Terima kasih 2019 buat waktu-waktu yang berlalu. Lalu, apa ya resolusi saya? Kamu punya ide gak? Jangan yang susah-susah lho! J




Tidak ada komentar: